Setiap orang tua pastinya senang dan bangga jika anaknya berprestasi, baik dalam bidang pendidikan, agama, kesenian, keterampilan, olahraga dan lain sebagainya. Salah satu cara yang paling mudah untuk mengukur prestasi anak-anak adalah dengan mengikutkannya pada perlombaan/ kompetisi.
Mungkin sedikit berbeda pada keluarga umumnya, keluarga kami bukanlah tipe yang sering/ membiasakan anak-anak untuk ikut perlombaan-perlombaan, lebih tepatnya hingga saat ini kami merasa anak-anak belum perlu untuk berkompetisi.
Namun akhirnya momen itu datang, Sinnai anak pertama kami saat ini usianya hampir 9 tahun, secara natural ia senang menunjukkan ekspresi dan semangat berkompetisi, misalnya saat bersepeda dengan teman-temannya mereka saling susul untuk jadi yang pertama. Contoh lain lagi saat merangkai mainan "building block" ia dan teman-temannya berpacu untuk membuat bentuk yang paling baik. Bagi Sinnai saat ini semangat berkompetisi tampak mulai bertumbuh dan akan mulai menggelegar.
Setiap hari Rabu Sinnai bersama empat teman dari komunitas homeschooling rutin belajar berenang, ia sudah menguasai beberapa gaya, diantara gaya-gaya itu gaya bebaslah yang paling ia kuasai.
Setiap belajar berenang ia selalu memacu dirinya untuk bisa unggul, berusaha untuk jadi yang tercepat, terus menerus memperbaiki teknik renang sambil perlahan terus meningkatkan kecepatan... Hasilnya cukup tampak, diantara teman-temannya seringkali ia menjadi yang tercepat melintasi lajur-lajur gelombang air.
Setelah beberapa bulan belajar renang dan sudah cukup apik menguasai sebuah teknik, Sinnai diajak untuk mengikuti perlombaan renang yang acaranya digagas oleh entitas tempat Sinnai belajar, Bandung International Swimming School, pada tanggal 27 Oktober 2018. Gurunya mempromosikan Sinnai untuk bisa ikut serta, dan berkaitan dengan itu ia diminta untuk dapat latihan lebih rutin diluar jam belajar hariannya, dibina khusus oleh sang guru. Sinnai dan kami mengiyakan. Ini berarti akan menjadi kali pertama ia ikut serta dalam perlombaan.
Sejak saat itu Sinnai semakin rajin berlatih, tampak jelas ia ingin mencicipi rasanya berlomba, merasakan sensasi bersaing di kolam renang, mendayung air dan menghasilkan gelombang, menanti momen-momen kemenangan --atau bahkan kekalahan, dan yang pasti ia akan belajar merasakan dan menikmati hasil dari perlombaan, menang atau kalah, tangis sedih atau bahagia... Terlepas dari itu semua proses pelatihan beberapa minggu terakhir tampaknya membuat mental Sinnai jadi lebih kuat.
Senin, 22 Oktober Sinnai dijadwalkan latihan lagi, satu hari sebelum latihan terakhir, sebelum perlombaan di hari Sabtu, 27 Oktober dilaksanakan. Siapa sangka tiba-tiba ia merasa lelah dan kurang berenergi untuk berlatih. Ia menolak untuk latihan, sebagai gantinya ia menegosiasi dan meminta untuk refreshing, mau berenang dengan syarat di waterboom... Hehehe...
Baiklah syarat itu kami penuhi, toh dipikir-pikir ia masih bisa berlatih sambil bermain.
Qadarullah, saat bermain di waterboom, ia mengalami kecelakaan... Dagunya berdarah dan sobek di dua tempat. Bergegaslah kami membawanya ke klinik terdekat untuk bisa diberi penanganan...
Tidak butuh waktu lama bagi dokter dan perawat di klinik Telkomedika untuk memberikan Sinnai cinderamata berupa 7 jahitan rapi di dagunya, Alhamdulillah.
Pesan dokter bahwa luka yang di jahit pada dagunya Sinnai belum boleh terkena air sampai pekan depan, dan perlu dikontrol dalam tiga hari kedepan.
Alhasil dengan cinderamata yang diberi dokter menandakan bahwa perjuangan Sinnai untuk bisa mengikuti perlombaan renang telah berakhir disini. Bukan berarti pupus, tapi bagi kami dia sudah menjadi juara dengan perjuangannya untuk bisa meningkatkan kapasitas mental, keberanian dan kemampuan yang mungkin tidak akan dia dapatkan jika tidak berniat mengikuti lomba tersebut.
Dia menjadi juara melawan dirinya, meningkatkan berbagai aspek diri dari Sinnai yang dulu.
Bandung, 26 Oktober 2018
yang menyayangimu,
Ayah Bunda Sinnai
Mungkin sedikit berbeda pada keluarga umumnya, keluarga kami bukanlah tipe yang sering/ membiasakan anak-anak untuk ikut perlombaan-perlombaan, lebih tepatnya hingga saat ini kami merasa anak-anak belum perlu untuk berkompetisi.
Namun akhirnya momen itu datang, Sinnai anak pertama kami saat ini usianya hampir 9 tahun, secara natural ia senang menunjukkan ekspresi dan semangat berkompetisi, misalnya saat bersepeda dengan teman-temannya mereka saling susul untuk jadi yang pertama. Contoh lain lagi saat merangkai mainan "building block" ia dan teman-temannya berpacu untuk membuat bentuk yang paling baik. Bagi Sinnai saat ini semangat berkompetisi tampak mulai bertumbuh dan akan mulai menggelegar.
Setiap hari Rabu Sinnai bersama empat teman dari komunitas homeschooling rutin belajar berenang, ia sudah menguasai beberapa gaya, diantara gaya-gaya itu gaya bebaslah yang paling ia kuasai.
Sinnai |
Setiap belajar berenang ia selalu memacu dirinya untuk bisa unggul, berusaha untuk jadi yang tercepat, terus menerus memperbaiki teknik renang sambil perlahan terus meningkatkan kecepatan... Hasilnya cukup tampak, diantara teman-temannya seringkali ia menjadi yang tercepat melintasi lajur-lajur gelombang air.
Setelah beberapa bulan belajar renang dan sudah cukup apik menguasai sebuah teknik, Sinnai diajak untuk mengikuti perlombaan renang yang acaranya digagas oleh entitas tempat Sinnai belajar, Bandung International Swimming School, pada tanggal 27 Oktober 2018. Gurunya mempromosikan Sinnai untuk bisa ikut serta, dan berkaitan dengan itu ia diminta untuk dapat latihan lebih rutin diluar jam belajar hariannya, dibina khusus oleh sang guru. Sinnai dan kami mengiyakan. Ini berarti akan menjadi kali pertama ia ikut serta dalam perlombaan.
Sejak saat itu Sinnai semakin rajin berlatih, tampak jelas ia ingin mencicipi rasanya berlomba, merasakan sensasi bersaing di kolam renang, mendayung air dan menghasilkan gelombang, menanti momen-momen kemenangan --atau bahkan kekalahan, dan yang pasti ia akan belajar merasakan dan menikmati hasil dari perlombaan, menang atau kalah, tangis sedih atau bahagia... Terlepas dari itu semua proses pelatihan beberapa minggu terakhir tampaknya membuat mental Sinnai jadi lebih kuat.
Senin, 22 Oktober Sinnai dijadwalkan latihan lagi, satu hari sebelum latihan terakhir, sebelum perlombaan di hari Sabtu, 27 Oktober dilaksanakan. Siapa sangka tiba-tiba ia merasa lelah dan kurang berenergi untuk berlatih. Ia menolak untuk latihan, sebagai gantinya ia menegosiasi dan meminta untuk refreshing, mau berenang dengan syarat di waterboom... Hehehe...
Baiklah syarat itu kami penuhi, toh dipikir-pikir ia masih bisa berlatih sambil bermain.
Qadarullah, saat bermain di waterboom, ia mengalami kecelakaan... Dagunya berdarah dan sobek di dua tempat. Bergegaslah kami membawanya ke klinik terdekat untuk bisa diberi penanganan...
Tidak butuh waktu lama bagi dokter dan perawat di klinik Telkomedika untuk memberikan Sinnai cinderamata berupa 7 jahitan rapi di dagunya, Alhamdulillah.
7 jahitan sebagai cinderamata dari bu dokter |
Pesan dokter bahwa luka yang di jahit pada dagunya Sinnai belum boleh terkena air sampai pekan depan, dan perlu dikontrol dalam tiga hari kedepan.
Alhasil dengan cinderamata yang diberi dokter menandakan bahwa perjuangan Sinnai untuk bisa mengikuti perlombaan renang telah berakhir disini. Bukan berarti pupus, tapi bagi kami dia sudah menjadi juara dengan perjuangannya untuk bisa meningkatkan kapasitas mental, keberanian dan kemampuan yang mungkin tidak akan dia dapatkan jika tidak berniat mengikuti lomba tersebut.
Siap berjuang di momen selanjutnya |
Dia menjadi juara melawan dirinya, meningkatkan berbagai aspek diri dari Sinnai yang dulu.
Bandung, 26 Oktober 2018
yang menyayangimu,
Ayah Bunda Sinnai
Klik DI SINI untuk Follow INSTAGRAM Familia Kreativa
|
Klik DI SINI untuk Subscribe YOUTUBE Familia Kreativa
|
Segera dapatkan buku-buku dan produk-produk Familia Kreativa di Reseller kesayangan di seluruh Nusantara
|
KLIK DI SINI untuk DOWNLOAD GRATIS aneka ragam file keren lainnya.
|
Jangan lupa bagi pengguna LINE, untuk mendownload sticker Salma Koala, salah satu karakter di Familia Kreativa pada LINK BERIKUT.
|
Terima kasih telah berbagi cerita. Ijin bertanya...bagaimana kami selaku ortu menyikapi anak yang suka kompetisi? Padahal kami selalu sounding bahwa kalau kalah menang itu tidak apa apa...
BalasHapus